Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-100
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-95: Pembahasan Tentang I'tidal dan Bacaan Yang Dibaca di Dalamnya Bag 03
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
ketika memerintahkan untuk membaca "Allahumma rabbana walakal hamdu", Beliau memberikan alasan kenapa membaca bacaan itu.
Alasan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,
❲ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلَهُ قَوُلَ الْمَلَائِكَة ، غٌفِرً لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه ❳
"Karena barang siapa yang perkataannya menepati/berbarengan dengan perkataan para malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala."
وَكَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ عِنْدَ هَذَا الْاِعْتِدَال عَلَى الْوُجُوْهِ الْمُتَقَدِّمَةْ فِيْ تَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَام ، وَيَقُوْلُ ــ وَهُوَ قَائِمٌ ــ كَمَا مَرَّ آنِفاً : ❲ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْد ❳
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika melakukan I'tidal ini, Beliau mengangkat dua tangannya dengan cara yang sama dengan takbiratul ihramnya.
Jadi dalam I'tidal juga ada dua pilihan: bisa sejajar dengan pundak, bisa sejajar dengan telinga.
Kemudian ketika Beliau sudah berdiri tegak, Beliau membaca [ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْد ].
Kadang-kadang Beliau membaca
[ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْد ]
tidak ada [ َو ]-nya.
Kadang-kadang Beliau menambahinya dengan tambahan [ َاللَّهُم ].
Jadi, [ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْد ]
atau [ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلًكَ الْحَمْد ].
وَكَانَ يَأْمُرُ بِذَالِكَ فَيَقُوْل :
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan orang atau sahabat yang tidak benar shalatnya dengan hal tersebut atau dengan bacaan itu, dan Beliau mengatakan:
❲ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه ، فَقُوْلُوْا : اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْد، ❳
"Apabila imam membaca 'sami'allahu liman hamidah' maka bacalah oleh kalian 'Allahumma rabbana lakal hamdu'."
❲ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلَهُ قَوُلَ الْمَلَائِكَة ، غٌفِرً لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه ❳
Karena barang siapa yang perkataannya menepati/berbarengan dengan perkataan para malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala karena ucapan ini.
Dosa-dosa kita yang telah lalu ini bisa saja sangat banyak sekali. Apalagi mereka yang baru bertaubat. Bisa sampai puluhan tahun.
Dosa-dosanya yang telah lalu diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala karena ucapan ini: ❲ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْد ❳ apabila perkataan tersebut berbarengan dengan perkataan malaikat.
Jadi ketika imam mengatakan "sami'allahu liman hamidah", malaikat-malaikat juga menjawab perkataan ini.
Ketika imam mengatakan "Allah benar-benar mendengar orang-orang yang memuji-Nya", malaikat juga memuji Allah.
Makanya ketika pujian para makmum berbarengan -tidak hanya para makmum, para imam juga- ketika pujian-pujian orang yang shalat tersebut berbarengan dengan pujian para malaikat, mereka mendapatkan keutamaan, yaitu dosa-dosanya yang telah lalu diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Betapa besarnya kemuliaan ini. Dan ini juga yang menunjukkan bahwa shalat itu memang pencuci kotoran jiwa manusia.
Wajar ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyabdakan bahwa perumpamaan shalat lima waktu itu seperti sungai yang ada di depan rumah seseorang. Orang tersebut mandi di sungai itu sehari sebanyak lima kali. Tidak ada sedikitpun kotoran yang tersisa di tubuhnya. Sehari lima kali mandi. Dua kali mandi saja sudah lumayan bersih, apalagi sampai lima kali.
Karena untuk I'tidal saja, "untuk I'tidal saja" ada keutamaan yang seperti ini: "Barang siapa yang bacaannya tersebut berbarengan dengan ucapan para malaikat, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
وَكَانَ تَارَةً يَزِيْدُ عَلَى ذَالِك
Kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menambahi atau membaca bacaan yang lebih panjang dari itu.
إِمَّا :
Ini macam-macam bacaan I'tidal ya. Sekarang beliau sedang menjelaskan tentang macam-macam bacaan ketika I'tidal.
Kadang-kadang yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah [ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْد ], setelah itu ditambahi dengan tambahan -kadang-kadang tambahannya- seperti ini:
❲ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ ، وَ [ مِلْءَ ] الْأَرْضِ ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ❳
"mil a" [ مِلْءَ ] kadang dibaca "mil u" [ مِلْءُ ], yang lebih mahsyur adalah [ مِلْءَ ]. Jadi,
[ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ]
Bisa dibaca marfu' atau secara rafa'
[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ]
Yang artinya: "Ya Allah, Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu, pujian yang sepenuh langit sepenuh bumi dan sepenuh apa pun yang Engkau kehendaki setelah itu."
Coba direnungkan pujian yang sangat agung ini, "Segala puji bagi-Mu ya Allah, dengan pujian yang sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa pun yang Engkau kehendaki ya Allah setelah ini."
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
=======================================================================
☛ Pertemuan ke-101
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-96: Pembahasan Tentang I'tidal dan Bacaan Yang Dibaca di Dalamnya Bag 04
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada pembahasan, -ed)
Tentang Macam-Macam Bacaan Ketika I'tidal.
Kadang-kadang tambahan bacaan yang dibaca oleh Beliau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah:
❲ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، ❳
Jadi bacaannya:
[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، ]
"Ya Allah Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu, dengan pujian yang sepenuh langit sepenuh bumi, sepenuh ruang di antara langit dan bumi, dan sepenuh apa pun yang Engkau kehendaki setelah itu."
وَتَارَةً يُضِيْفُ إِلَى ذٰلِكَ قَوْلَهُ :
Kadang-kadang tidak hanya sampai di sini, Beliau menambahinya lagi dengan bacaan lain:
❲ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ❳
(رواه مسلم و أبو عوانة)
"Wahai Dzat yang pantas untuk dipuji dan dimuliakan, tidak ada yang dapat menghalangi apa pun yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberikan apa pun yang Engkau halangi, serta tidak berguna kekayaan bagi pemiliknya untuk menolak hukuman-Mu."
Tidak ada guna kekayaan bagi pemiliknya untuk menolak hukuman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Jadi ini bacaannya menjadi panjang:
[ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ]
Ini menunjukkan bahwa I’tidalnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dulu lumayan panjang.
وَتَارَةً تَكُوْنُ إِضَافَةْ :
Kadang-kadang tambahan bacaan Beliau:
❲ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ❳
(رَوَاهُ مُسْلِمُ وَأَبُوْ عَوَانَةُ وَأَبُوْ دَاوُدُ)
Ada tambahan
[ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ ]
Ini adalah ucapan yang paling pantas untuk dikatakan seorang hamba sahaya, dan semua dari kita adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ada tambahan ini di tengah-tengah.
[ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ]
وَتَارَةً يَقُوْلُ فِيْ صَلَاةِ اللَّيْلِ :
Kadang-kadang Beliau membaca di shalat malamnya ketika I'tidal ini:
❲ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ❳
"Hanya bagi Rabbku semua pujian, hanya bagi Rabbku semua pujian."
Karena ketika I’tidal membaca
[ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ]
"Allah mendengar, Allah benar-benar mendengar perkataan orang yang memuji-Nya", makanya setelah itu disunahkan untuk membaca pujian-pujian.
Makanya, jenis-jenis pujian yang dibaca oleh Rasulullah banyak, di antaranya ini:
[ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ]
"Hanya bagi Rabbku semua pujian, hanya bagi Rabbku semua pujian."
يُكَرِّرُ ذٰلِكَ
Beliau mengulang-ulang bacaan ini.
❲ حَتَّى كَانَ قِيَامُهُ نَحْوًا مِنْ رُكُوْعِهِ الَّذِيْ كَانَ قَرِيْبًا مِنْ قِيَامِهِ الْأَوَّلْ، وَكَانَ قَرَأَ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةُ. ❳
(رواه أبو داود والنسائي بسند صحيح)
Beliau mengulang-ulang bacaan ini sampai lama sekali, sampai kadang-kadang I’tidalnya Beliau sama panjangnya dengan berdirinya Beliau, padahal berdirinya Beliau kadang-kadang lamanya bisa sampai seperti membaca surat Al-Baqarah.
Beliau ulang-ulang
[ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ]
sampai panjang sekali, sampai lama sekali.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
===================================================================
☛ Pertemuan ke-102
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-97: Pembahasan Tentang I'tidal dan Bacaan Yang Dibaca di Dalamnya Bag 05
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada pembahasan, -ed) Tentang Macam-Macam Bacaan ketika I'tidal.
❲ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ❳
"Wahai Rabb kami, segala puji bagi-Mu. Pujian yang banyak, pujian yang baik, pujian yang berkah, sebagaimana Engkau cintai dan sebagaimana Engkau ridhai."
HR. Al-Bukhari no. 799 dari hadits Rifa’ah ibnu Rafi’.
Ini di antara bentuk bacaan atau bentuk pujian yang kita baca ketika kita I'tidal. Kita bisa punya 10 bacaan ketika I'tidal. Silahkan dipilih; kadang-kadang baca yang ini, kadang-kadang baca yang itu, sehingga kita bisa benar-benar menerapkan semua yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya. Inilah luasnya ilmu syari'at Islam. Ada 10 bacaan.
Sebelum shalat, coba dihafalkan bacaan-bacaan ini. Hafalkan satu bacaan, kemudian shalat dengan bacaan ini. Dengan begitu, berarti antum pernah menerapkan ilmu antum. Satu bacaan dibaca sebelum shalat, dihafalkan, kemudian shalat dengan bacaan itu.
Ilmu kalau diterapkan, tidak usah antum hafal, tidak usah antum muraja'ah, antum akan hafal sendiri.
Dan bacaan-bacaan seperti ini, pujian-pujian ini, bisa kita baca ketika kita akan berdo'a/akan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di luar shalat.
Ini adalah pujian-pujian yang sangat bagus, dipilih oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat. Maka ketika kita berdo'a di luar shalat atau berdo'a lama ketika kita sujud, kemudian kita panjatkan pujian-pujian seperti ini, boleh.
Sebelum kita berdo’a memanjatkan do’a permintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita baca pujian-pujian yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. ]
Ini kita baca ketika kita mau berdo’a dan kita renungi artinya, kemudian baru berdo'a kepada Allah, baru meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hajat kita. Sangat bermanfaat bagi kita.
Untuk bacaan:
[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ]
ini ada keutamaannya.
Disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala haditsnya:
Bacaan ini pernah dibaca oleh seseorang yang shalat di belakang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dan dibaca oleh orang ini ketika I’tidalnya. Setelah itu (setelah orang ini membaca bacaan ini), Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam setelah shalatnya bertanya kepada para makmum,
❲ مَنِ الْمُتَكَلِّمُ آنِفًا؟ ❳
"Siapa yang membaca bacaan ini tadi?"
فَقَالَ الرَّجُلُ : أَنَا يَا رَسُوْلُ اللّٰه !
Ada salah seorang sahabat yang mengatakan, "Saya, wahai Rasulullah."
فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ :
Maka Rasulullah mengatakan kepada orang tersebut,
❲ لَقَدْ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا أَيُّهُمَ يَكْتُبُهَا أَوَّلًا. ❳
(رواه مالك والبخاري وأبو داود)
"Aku benar-benar telah melihat ada 30 sekian malaikat,
( sekian ini saya pilih untuk terjemahan بِضْعَة yang artinya dalam bahasa Arab adalah/angka dari 2 sampai 9 itu dalam bahasa Arab bisa diwakili dengan kata بِضْعَةٌ , dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya. Angka dari 2-9 dalam bahasa Arab: بِضْعَة ➭ بِضْعَةً /bidh'ah/ bukan بِدعَة /bid'ah/. Ini dengan [ ض ], dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya, sehingga banyak yang memilih padanan "sekian". )
30 sekian malaikat, mereka semuanya berlomba-lomba untuk menulis siapa yang pertama kali menulis kalimat ini atau menulis amalan ini dari hamba tersebut."
Ini menunjukkan betapa mulianya bacaan ini:
"Wahai Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu. Pujian yang banyak, pujian yang baik, pujian yang berkah, pujian sebagaimana yang Engkau cintai dan Engkau ridhai."
HR. Al-Bukhari no. 799 dari hadits Rifa’ah ibnu Rafi’
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
=======================================================================
☛ Pertemuan ke-103
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-98: Pembahasan Tentang Memanjangkan I'tidal dan Wajibnya Tumakninah di Dalamnya
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita masuk pada pembahasan, -ed)
[ إِطَالَةُ هٰذَا الْقِيَامِ، وَوُجُوْبُ الاِطْمِئْنَانِ فِيْهِ. ]
Memanjangkan rukun I'tidal.
I'tidal ini tumakninah-nya wajib.
Wajib kita tumakninah; memanjangkannya sunnah.
Ini mungkin beliau singgung di sini karena ada sebagian mazhab -mazhabnya Hanafiah- madzhab ini mengatakan, kalau I'tidalnya lama akan memutus shalat, akan membatalkan shalat. Makanya beliau di sini benar-benar memberikan judul yang tegas: wajibnya tumakninah dan disunahkan untuk melamakan rukun ini.
Makanya jangan heran kalau antum melihat orang-orang yang bermazhab Hanafi, itu I’tidalnya dijadikan oleh mereka sebentar. Antum akan mengira mereka tidak tumakninah dalam I’tidalnya. Tapi itulah mazhabnya mereka. Tumakninah tidak wajib, kemudian I’tidal itu harusnya cepat. Itulah mazhab mereka seperti itu.
Tapi yang jelas hal tersebut bertentangan dengan banyak hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Bagi yang pernah umrah atau pernah haji, orang-orang Turki, itu mereka rata-rata bermazhab Hanafi. I’tidalnya kadang-kadang malah belum tegak. Kata mereka, karena I’tidal ini hanya untuk memisah antara rukuk dengan sujud saja, jadi cukup sebentar saja. Ini untuk memisah antara rukuk dan sujud. Mereka beralasan seperti itu.
Begitu pula duduk antara dua sujud. Duduk antara dua sujud, mereka mengatakan tujuannya untuk memisah antara sujud yang pertama dengan sujud yang kedua. Makanya duduknya sebentar saja. Antum akan lihat mereka juga seperti itu, duduk antara dua sujudnya juga sebentar. Mereka tidak mewajibkan tumakninah.
وَكَانَ ﷺ يَجْعَلُ قِيَامَهُ هَذَا قَرِيْبًا مِنْ رُكُوْعِهِ كَمَا تَقَدَّمْ،
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan I’tidalnya ini hampir sama dengan rukuknya, sebagaimana keterangan yang sudah lalu.
بَلْ ❲ كَانَ يَقُوْمُ أَحْيَانًا حَتَّى يَقُوْلَ الْقَائِلْ : ❲ قَدْ نَسِيَ؛ [ مِنْ طُوْلِ مَا يَقُوْمُ ] ❳
(رواه البخاري ومسلم وأحمد)
Bahkan kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan I’tidalnya ini sangat lama sekali, sampai-sampai orang yang melihatnya bisa sampai mengatakan: Rasulullah ini kayanya sedang lupa, kok lama sekali I’tidalnya, mungkin sedang lupa; saking lamanya I’tidalnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
وَكَانَ يَأْمُرُ بِالاِطْمِئْنَانِ فِيْهِ،
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan tumakninah dalam rukun ini.
فَقَالَ لـ ❲ لْمُسِيْءِ صَلَاتَهُ ❳ : ❲ ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَّ قَائِمًا؛ ❳
Kemudian angkatlah kepalamu sampai kamu benar-benar berdiri dalam keadaan tegak.
[ فَيَأْخُذُ كُلَّ عَظْمٍ مَأْخَذَهُ ]
Maka setiap tulang mengambil tempatnya masing-masing.
وَذَكَرَ لَهُ : ❲ أَنَّهُ لَا تَتِمُّ صَلَاةُ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ إِذَا لَمْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ❳
Dan Beliau mengatakan -Shallallahu 'alaihi wasallam- bahwa shalat seseorang tidak sempurna sampai dia melakukan hal tersebut.
وَكَانَ يَقُوْلُ : ❲ لَا يَنْظُرُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى صَلَاةِ عَبْدٍ لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ بَيْنَ رُكُوْعِهَا وَسُجُوْدِهَا ❳
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dahulu mengatakan: Allah tidak akan melihat shalatnya seorang hamba yang tidak menegakkan punggungnya di antara rukuk dan sujudnya (yaitu ketika I'tidal).
Intinya I'tidal itu harus benar-benar tegak berdiri dan mengembalikan semua tulang kembali ke posisinya masing-masing. Jadi benar-benar tegak berdiri, tangan pun dijulurkan. Sunahnya tangan itu dijulurkan, dan di sini ada khilaf. Di sini ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Bahkan ulama-ulama kontemporer pun, perbedaan pendapat ini sangat kuat.
Syaikh Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala, beliau mengatakan: sunahnya ketika I’tidal itu bersedekap. Ini yang disebutkan oleh Syaikh Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala, dan itu pendapat yang beliau kuatkan. Beliau mengatakan (alasan beliau) kata-kata:
حَتَّى يَأْخُذَ كُلُّ عَظْمٍ مَكَانَهُ.
Kata-kata bahwa semua tulang itu kembali kepada posisinya masing-masing. Beliau mengatakan, posisi masing-masing sebelum rukuk bagaimana? Bersedekap. Sehingga yang dimaksud dengan posisi masing-masing ketika I’tidal pun, itu seperti sebelum rukuknya. Ketika sebelum rukuknya bersedekap, maka setelah rukuknya juga bersedekap, karena posisi masing-masing sebelum rukuk itu bersedekap.Haditsnya sama tapi cara memahaminya berbeda.
Kalau Syaikh Albani Rahimahullahu Ta’ala mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika mengatakan tulang itu kembali ke posisi masing-masing, yaa posisi naturalnya. Orang ketika berdiri, posisi tulang yang natural adalah dengan menjulurkan tangannya. Kalau sudah ada yang ditekuk berarti dia sudah mengubah posisi tulangnya. Yaa ini dua pendapat dengan dua alasan, mana yang lebih kuat, wallahu a’lam.
Saya lebih menguatkan pendapatnya Syaikh Albani. Di antara yang disebutkan oleh Syaikh Albani Rahimahullahu Ta’ala dalam masalah ini ketika menguatkan pendapat beliau, beliau mengatakan: "Tidak ada satu riwayatpun yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya ketika I’tidal."
Padahal perkataan itu banyak kita dapatkan di berdiri, berdiri sebelum rukuk. Ketika berdiri sebelum rukuk, banyak sekali riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dahulu meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Dan redaksi seperti ini atau riwayat seperti ini, tidak ada satu pun pada rukun I’tidal.
Yang ada di rukun I’tidal adalah bahwa semua tulang menempati tempatnya masing-masing. Dan secara natural, anatomi manusia ketika berdiri, dan dikatakan semua tulang menempati tempatnya masing-masing, itu dengan menjulurkan tangan, dengan menjulurkan atau melepaskan tangan seperti orang berdiri. Dan ini lebih sesuai dengan keadaan rukun-rukun yang lain.
Di setiap shalat, ketika kita berpindah dari satu gerakan ke gerakan lain, itu bentuknya berbeda-beda. Ketika berdiri ada sedekap; ketika rukuk pun beda dengan berdiri. Ketika sujud, berbeda dengan rukuk, berbeda dengan berdiri. Ketika duduk berbeda dengan rukuk, berbeda dengan sujud.
Maka harusnya I’tidal juga berbeda dengan berdiri sebelum rukuk. Jadi gerakan-gerakan dalam shalat itu berbeda-beda. Makanya I’tidal juga harusnya demikian, berbeda dengan berdiri sebelum rukuk.
Ini alasan yang menguatkan pendapatnya Syaikh Albani Rahimahullahu Ta’ala dalam masalah-masalah ini. Wallahu a’lam.
Khilaf dalam masalah ini hanyalah khilaf mana yang lebih afdal. Kita harus tahu yaa, khilaf-khilaf seperti ini, ini masuk jenis khilaf yang bagaimana. Ini bukan khilaf antara boleh dan tidak boleh.
Kalau menurut Syaikh Albani, beliau mengatakan, bahwa bersedekap ketika I’tidal itu bid’ah. Syaikh Albani berpendapat seperti ini dan kita tidak setuju dengan pendapatnya, karena tidak ada satu pun orang yang mengatakan demikian sebelum beliau. Tidak ada satu pun orang yang mengatakan bahwa bersedekap ketika I’tidal itu bid'ah. Bahkan ada ulama-ulama salaf di zaman dulu yang mengatakan bahwa bersedekap ketika I’tidal itu boleh.
Ya makanya Syaikh Albani Rahimahullahullahu Ta’ala beliau bisa dikatakan kemungkinan besar salah dalam mengatakan bahwa itu bid’ah. Tapi mengatakan bahwa menjulurkan tangan ketika I’tidal itu sunah, maka ini kita sepakati.
Khilaf dalam masalah ini, khilaf mana yang lebih afdal. Misalnya ada orang yang berpendapat bahwa yang lebih afdal menjulurkan tangannya tapi dia besedekap, boleh tidak? Boleh. Karena dia meninggalkan yang lebih afdal.
Kalau ada yang berpendapat bahwa besedekap itu lebih afdal, kemudian dia menjulurkan tangannya, boleh tidak? Boleh, karena dia meninggalkan yang lebih afdal saja, tidak sampai melakukan yang diharamkan.
Mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik masalah ini.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-101: Pembahasan Tentang Sujud Bag 03
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan dalam kitabnya,
وَكَانَ يَقُولُ : ❲ إِنَّ الْيَدَيْنِ تَسْجُدَانِ كَمَا يَسْجُدُ الْوَجْهُ ❳
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan, "Sesungguhnya kedua tangan itu sujud sebagaimana sujudnya wajah"
❲ فَإِذَا وَضَعَ أَحَدُكُمْ وَجْهَهُ ، فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ ❳
"Apabila salah seorang dari kalian meletakkan wajahnya ketika sujud, maka hendaklah dia meletakkan kedua tangannya"
❲ وَإِذَا رَفَعَ ، فَلْيَرْفَعْهُمَا ❳
"Apabila dia mengangkat kepalanya, maka hendaklah dia mengangkat kedua tangannya"
وَ ❲ كَانَ يَعْتَمِدُ عَلَى كَفَّيْهِ [ وَيَبْسُطُهُمَا ] ❳
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika sujud bertumpu kepada kedua telapak tangan Beliau,
<-- وَيَبْسُطُهُمَا
maksudnya membukanya
وَيَضُمُّ أَصَابِعَهُ ،
adapun jari-jarinya dirapatkan,
وَيُوَجِّهُهَا قِبَلَ الْقِبْلَةِ.
dan mengarahkannya ke arah kiblat.
Berarti tangannya tidak digenggam, tapi dibuka, terus jari-jarinya dirapatkan, kemudian mengarahkan arahnya ke kiblat.
وَ ❲ كَانَ يَجْعَلُهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ❳ ، وَأَحْيَاناً ❲ حَذْوَ أُذُنَيْهِ ❳
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan kedua telapak tangannya sejajar dengan pundaknya, kadang-kadang sejajar dengan daun telinga Beliau.
Kebiasaan Beliau sejajar dengan kedua pundaknya.
وَ ❲ كَانَ يُمَكِّنُ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنَ الْأَرْضِ ❳
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam benar-benar menempelkan hidungnya dan keningnya di tanah.
وَقَالَ لِـ ❲ الْمُسِيءِ صَلَاتَهُ ❳ :
Dan Beliau mengatakan kepada orang yang tidak benar shalatnya:
❲ إِذَا سَجَدْتَ ، فَمَكِّنْ لِسُجُودِكَ ❳
"Apabila engkau sujud maka mantaplah dalam sujudmu (mantapkan sujudmu)"
وَفِي رِوَايَةٍ ❲ إِذَا أنْتَ سَجَدْتَ ، ❳
Dalam riwayat yang lain disebutkan: Apabila engkau sujud,
❲ فَأَمْكَنْتَ وَجْهَكَ وَيَدَيْكَ ، ❳
maka tempelkan wajahmu dan kedua tanganmu,
❲ حَتَّى يَطْمَئِنَّ كُلُّ عَظْمٍ مِنْكَ إِلَى مَوْضِعِهِ ❳
sampai semua tulang-tulangmu benar-benar tenang di tempatnya masing-masing.
Sampai semua tulangmu benar-benar tenang di tempatnya masing-masing.
وَكَانَ يَقُولُ : ❲ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا يُصِيبُ أَنْفهُ مِنَ الْأَرْضِ مَا يُصِيبُ الْجَبِين ❳
Dan Beliau pernah mengatakan, "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah sebagaimana dia menempelkan keningnya."
Dan dua bagian ini dianggap satu di dalam sujud. Kening dan hidung ini dianggap satu di dalam masalah sujud.
وَكَانَ ❲ يُمَكِّنُ أَيْضاً رُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافَ قَدَمَيْهِ ❳
Dan Beliau juga memantapkan dalam menempelkan sesuatu, Beliau menempelkan dengan mantap kedua lututnya dan ujung-ujung kakinya (maksudnya jari-jemarinya Beliau tempelkan dengan mantap, dengan kuat).
وَ ❲ يَسْتَقْبِلُ [ بِصُدُورِ قَدَمَيْهِ وَ ] بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِمَا الْقِبْلَةَ ❳
Dan Beliau menghadapkan "dengan punggung kedua kakinya" dan ujung-ujung jari-jemari kakinya ke arah kiblat.
Jari-jemarinya ditekuk. Ketika jari-jemarinya ditekuk maka dia akan menghadap ke kiblat, punggungnya juga menghadap ke kiblat. Ini yang dimaksud oleh Syaikh di sini.
❲ وَيَرُصُّ عَقِبَيْهِ ❳
Dan Beliau juga "merapatkan kedua tumit" Beliau.
Ini juga masalah yang diperselisihkan oleh para ulama: Ketika sujud apakah dirapatkan kedua kakinya ataukah direnggangkan sesuai dengan jarak paha.
Jadi kita ketika sujud tidak mungkin merapatkan paha. Maka kakinya juga demikian. Jumhur ulama mengatakan bahwa kaki itu tidak dirapatkan; kaki itu tidak dirapatkan tapi posisinya mengikuti paha. Dalil mereka, paha ketika sujud itu tidak rapat, sehingga kaki mengikutinya.
Dalil Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala , beliau berdalil dengan hadits yang shoriih (tegas) dalam masalah ini. Walaupun menyelisihi jumhur, pendapat seperti ini lebih kuat.
Kenapa?
Karena ada haditsnya. Dan haditsnya tegas dalam masalah ini, sehingga yang lebih kuat ketika kita sujud adalah dengan merapatkan kedua telapak kaki kita.
❲ وَيَنْصِبُ رِجْلَيْهِ ❳ Beliau "menegakkan kedua kakinya",
وَ ❲ أَمَرَ بِهِ ❳ dan Beliau "memerintahkan hal tersebut",
وَكَانَ يَفْتَخُ اَصَابِعَهُمَا. menekuk jari-jari kaki Beliau.
فَهَذِهِ سَبْعَةُ أَعْضَاءٍ كَانَ ﷺ يَسْجُدُ عَلَيْهَا : “Dan inilah tujuh anggota badan yang dipakai oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk bersujud”
Apa tujuh anggota badan tersebut?
الْكَفَّانِ dua telapak tangan
وَالرُّكْبَتَانِ dua lutut
وَالْقَدَمَانِ dua telapak kaki
وَالْجَبْهَة kening
وَالْأَنْفُ hidung
--> Delapan
Kenapa delapan?
Dua telapak tangan, dua lutut, kemudian dua telapak kaki, kemudian kening; tujuh ya, kemudian hidung.
Kenapa disebutkan tujuh tapi setelah dihitung, delapan?
Karena kening dan hidung dianggap satu. Tapi ini pun tidak membingungkan karena setelahnya disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala:
Dua anggota badan yang terakhir yang disebutkan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam jadikan bagaikan satu anggota tubuh dalam sujud.
[ وَقَدْ جَعَلَ ﷺ الْعُضْوَيْنِ الْأَخِيرَيْنِ كَعُضْوٍ وَاحِدٍ ]
"Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah menjadikan dua anggota badan yang terakhir yang disebutkan itu seperti satu anggota badan dalam sujud."
حَيْثُ قَالَ : Karena Beliau telah mengatakan:
❲ اُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ ❳ "Aku telah diperintahkan untuk sujud"
( وَفِي رِوَايَةٍ : أُمِرْنَا أَنْ نَسْجُدَ ) (Dalam riwayat lain redaksinya: Kami diperintahkan untuk sujud)
❲ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ : ❳ Bersujud di atas tujuh tulang:
(maksudnya tujuh anggota badan)
❲ عَلَى الْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ - ❳
Rasulullah mengatakan:
Yang pertama di atas kening, tapi yang ditunjukkan oleh Beliau hidungnya. Beliau menunjuk hidung ketika mengatakan kening. Ini menunjukkan bahwa kening dan hidung itu dianggap satu anggota badan.
❲ وَالْيَدَيْنِ (وَفِي لَفْظٍ : الْكَفَّيْنِ ) ❳
Yang kedua dan yang ketiga adalah kedua telapak tangan.
❲ وَالرُّكْبَتَيْنِ ❳
Yang keempat dan yang kelima adalah kedua lutut.
❲ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ ❳
Dan yang keenam dan yang ketujuh adalah ujung-ujung kedua kaki.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
======================================================================
☛ Pertemuan ke-107
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-102: Pembahasan Tentang Sujud Bag 04
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan dalam kitabnya,
❲ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعْرَ ❳
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: Kami diperintahkan untuk tidak mengumpulkan pakaian atau baju dan rambut.
Mengumpulkan pakaian itu maksudnya ketika sujud pakaiannya dirapikan biar tidak ke mana-mana. Ini dilarang oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Jadi ketika sujud biarkan pakaian apa adanya. Kemudian rambut, kalau rambutnya panjang jangan dikuncir. Kalau rambutnya panjang biarkan tergerai, biar bersujud bersama anggota yang lain. Ini yang sunnah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dahulu rambutnya selalu panjang, karena di dalam masyarakat Beliau rambut panjang adalah sesuatu yang indah. Rambut panjang, rapi, itu sesuatu yang indah di zaman Beliau. Dan Beliau selalu rambutnya antara telinga Beliau yang bagian bawah dengan pundak, selalu antara itu. Kadang kalau Beliau potong, sampai bagian telinga yang paling bawah, kalau panjang sampai pundak Beliau.
Kalau di Indonesia, dan masyarakatnya memandang bahwa rambut panjang itu tidak baik, rambut panjang itu terlihat orang yang nakal misalnya, maka jangan memanjangkan rambut di masyarakat yang demikian. Kalau masyarakatnya tidak masalah, maka tidak masalah kita memanjangkan rambut. Bukan termasuk sunnah. Ini masuk dalam pembahasan ushul fiqh.
Perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ini adalah, ini masuk dalam bab adat, karena adat kebiasaan masyarakat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam melihat orang yang demikian orang yang bagus, indah. Makanya yang seperti ini kita tidak bisa mengambil hukum sunnah; tidak bisa mengambil hukum dianjurkan, karena masuk dalam bab adat kebiasaan masyarakat. Beliau melakukannya karena adat. Dalam adat Beliau, rambut yang panjang seperti itu adalah sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakatnya, makanya dilakukan. Sehingga ini tidak menjadi sunnah ketika di sebuah masyarakat yang memandang tidak baik.
Thayyib.
Ketika orang rambutnya panjang seperti ini, tidak boleh untuk dikuncir ketika shalat.
Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala beliau mengatakan, "Bagaimana dengan perempuan? Apakah perempuan yang rambutnya panjang juga dilarang untuk menguncir rambutnya?"
Beliau di sini mengatakan:
وَيَبْدُو أنَّ الْحُكْمَ خَاصٌّ لِلرِّجَالِ دُونَ النِّسَآءِ ،
Beliau mengatakan, "Yang tampak padaku, hukum ini khusus bagi laki-laki, bukan untuk kaum muslimah,"
كَمَا نَقَلَهُ الشَّوْكَانِي عَنِ ابْنِ العَرَبِي.
"sebagaimana disebutkan oleh Imam Syaukani dari pendapatnya Ibnul ‘Arabiy rahimahullahu jamii'a"
Dan ini yang lebih kuat dalam masalah ini.
Kenapa demikian?
Karena kalau wanita tidak dibolehkan untuk menguncir rambutnya, ini akan sangat memberatkan mereka. Apalagi rambut tersebut kadang-kadang panjang, kadang-kadang sampai ke pantat. Ini kalau tidak dibolehkan untuk dikuncir, ini akan sangat memberatkan, dan akan bertentangan dengan nilai bahwa wanita itu harus menutup auratnya. Ketika rambutnya digerai, dilepas, maka akan bertentangan dengan ini. Akan sulit bagi wanita untuk menjaga rambut tidak terlihat oleh orang lain di dalam shalatnya.
Makanya beberapa ulama mengatakan demikian. Ibnul ‘Arabiy mengatakan demikian. Yang ana tahu Al-’Iroqiy juga mengatakan demikian, bahwa hukum ini khusus untuk laki-laki, tidak untuk perempuan. Ini yang rambutnya ya.
Adapun yang bajunya, sama. Antara laki-laki dan perempuan ketika sujud tidak usah mengumpulkan bajunya agar tidak kemana-mana, biarkan baju tersebut apa adanya/natural untuk sujud, karena hal tersebut dilarang oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Thayyib.
Selanjutnya,
وَكَانَ يَقُولُ : ❲ إِذَا سَجَدَ الْعَبْدُ ، سَجَدَ مَعَهُ سَبْعَةُ آرَابٍ : ❳
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengatakan, "Apabila seorang hamba sujud, maka sujud bersamanya tujuh tulang (tujuh anggota badan)."
Yang pertama:
❲ وَجْهُهُ ❳ wajahnya
Wajah di sini maksudnya kening sama hidung.
❲ وَكَفَّاهُ ❳ dua telapak tangan
❲ وَرُكْبَتَاهُ ❳ dua lutut
❲ وَقَدَمَاهُ ❳ dan dua telapak kaki
Ini jelas tujuh. Kalau di sini disebutkan wajah. Wajah yang dimaksud adalah kening dan hidung.
وَقَالَ فِي رَجُلٍ يُصَلِّي وَرَأْسُهُ مَعْقُوصٌ مِنْ وَرَائِهِ :
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengatakan kepada seorang laki-laki yang shalat dengan menguncir rambutnya ke belakang:
❲ إِنَّمَا مَثَلُ هَذَا مَثَلُ الَّذِي يُصَلِّي وَهُوَ مَكْتُوفٌ ❳
"Sungguh, orang yang seperti ini, itu seperti orang yang shalat dan tangannya diikat / seperti orang yang shalat dan tangannya diikat ke belakang."
Kalau orang menguncir rambutnya dan dia sujud, maka itu seperti orang yang sujud dengan tangan yang diikat ke belakang.
وَقَالَ أَيْضاً : ❲ ذَلِكَ كِفْلُ الشَّيْطَانِ ❳
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan, juga untuk orang yang demikian: "Itu adalah tempat duduknya syaithan (yaitu kuncirannya)."
Kuncirannya adalah tempat duduknya syaithan.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
====================================================================
☛ Pertemuan ke-108
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-103: Pembahasan Tentang Sujud Bag 05 ~ Wajibnya Tumakninah ketika Sujud
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
Wajibnya Tumakninah Ketika Sujud
وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِإتْمَامِ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ ،
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada umatnya untuk menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
Kata-kata "memerintahkan" berarti mewajibkan, karena pada asalnya perintah menunjukkan makna wajib. Sehingga kita ketika rukuk dan sujud, maka kita harus menyempurnakannya. Kalau kita tidak menyempurnakan, maka rukuk dan sujud kita tidak sah.
وَيَضْرِبُ لِمَنْ لَا يَفْعَلُ ذٰلِكَ مِثْلَ الْجَائِعُ ،
Dan Beliau mengumpamakan orang yang tidak melakukan hal tersebut seperti orang yang lapar.
Orang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujud diumpamakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam seperti orang yang lapar.
يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَيْنِ لَا تُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا ،
Orang yang lapar tersebut memakan satu atau dua biji kurma dan itu sama sekali tidak bisa mengenyangkannya.
Orang kelaparan kalau hanya makan satu dua kurma maka makanan tersebut tidak mengenyangkannya sama sekali. Seperti itulah orang yang rukuk dan sujudnya tidak sempurna. Rukuk dan sujudnya menjadi tidak berguna untuk shalatnya.
وَكَانَ يَقُوْلُ فِيْهِ : ❲ إِنَّهُ مِنْ أَسْوَإِ النَّاسِ سَرِقَةً ❳
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan untuk orang yang tidak menyempurnakan sujud dan rukuknya: "Sungguh dia adalah orang yang paling buruk pencuriannya".
Orang yang/pencuri yang paling buruk adalah orang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dia mencuri dalam shalatnya.
وَكَانَ يَحْكُمُ بِبُطْلَانِ صَلَاةِ مَنْ لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ فِيْ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ ،
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menghukumi batalnya shalat orang yang tidak tumakninah ketika rukuk dan sujudnya.
Di sini kata-kata "meluruskan punggungnya" (لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ , -ed), para ulama yang mensyarah hadits ini mengatakan maksudnya adalah tidak tumakninah.
Jadi ketika rukuk dia tidak tumakninah; ketika sujud dia tidak tumakninah. Maka orang yang demikian shalatnya tidak sah.
Seperti orang yang kalau Ramadhan shalat 23 rakaat dalam 7 menit, dalam 10 menit, rukuk dan sujudnya mereka tidak tumakninah, dan seperti itu tidak sah. Kasihan. Capek, tidak ada pahalanya. Bahkan kalau dia tahu bahwa shalat yang seperti itu tidak sah masih nekad ikut jamaah, seperti itu malah berdosa. Karena dia tahu shalatnya tidak sah tapi dia masih mengikutinya.
كَمَا سَبَقَ تَفْصِيْلُهُ فِي ❲ الرُّكُوْعِ ❳ ، وَأَمَرَ ❲ الْمُسِيْءَ صَلَاتَهُ ❳ بِالْإِطْمِئْنَانِ فِي السُّجُوْدِ ، كَمَا تَقَدَّمَ فِيْ أَوَّلِ الْبَابِ.
Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada orang yang tidak benar di dalam shalatnya agar dia bertumakninah di dalam sujudnya.
Ini dalil-dalil yang menunjukkan bahwa kita wajib untuk tumakninah di dalam sujud kita. Sehingga kalau kita tidak tumakninah maka sujud kita batal, dan ketika sujud kita batal, shalatnya menjadi batal.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
======================================================================
☛ Pertemuan ke-109
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-104: Pembahasan Tentang Sujud 06 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud.
Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Tentang masalah dzikir, kita boleh membaca bacaan-bacaan yang riwayatnya sahih dari Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Adapun dalam masalah do'a ketika sujud maka tidak harus ada riwayatnya dari Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Karena dalam masalah do'a ketika sujud, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak membatasi bacaannya, tapi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam berdo'a ketika sujud. Sehingga harus dibedakan antara bacaan dzikir ketika sujud dengan do'a kita ketika sujud.
Dalam masalah bacaan dzikir ketika sujud maka kita harus ada dalilnya. Harus ada dalil yang sahih yang menjelaskan masalah itu, bahwa itu adalah bacaan yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud.
Dan bacaan yang sahih dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ketika sujud, banyak. Adapun masalah do'a maka tidak harus ada riwayatnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam karena Rasulullah sudah memerintahkan dengan perintah yang umum: "Adapun di dalam sujud maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a."
Sehingga semua yang masuk dalam kategori do'a masuk dalam perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ini. Bahkan kalau kita misalnya tidak bisa bahasa Arab, kita terpaksa berdo'a dengan bahasa Indonesia, maka ini pun masuk dalam perintah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam:
وَأَمَّا السُّجُوْدُ فَاجْتّهِدُوا فِيْهِ مِنَ الدُّعَاءِ
"Adapun di dalam sujud maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a."
Jadi do'a ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak membatasinya dengan bahasa Arab. Yang penting berdo'a. Jadi berdo'a ini walaupun dengan selain bahasa Arab, namanya tetap berdo'a. Sehingga do'a ini tidak harus dengan bahasa Arab.
Yang tidak boleh di dalam shalat adalah berbincang-bincang, ngobrol dengan manusia. Ini yang tidak diperbolehkan walaupun dengan bahasa Arab. Tapi kalau namanya ngobrol, ini membatalkan shalat.
لَا يَصْلُحُ فِيْهَا كَلَامٌ مِنَ النَّاسِ أَوْ كَلَامٌ النَّسِ
Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, shalat itu tidak boleh di dalamnya ada pembicaraan manusia.
Maksudnya adalah obrolan, perbincangan. Ini yang membatalkan shalat walaupun dengan bahasa Arab. Adapun do'a maka tidak membatalkan shalat walaupun dengan selain bahasa Arab.
وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرُّكْنِ أَنْوَاعًا مِنَ الْأَذْكَارِ وَالْأَدْعِيَةِ ، تَارَةً هَذَا ، وَتَارَةً هَذَا :
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rukun ini, dahulu membaca dzikir-dzikir dan do'a-do'a yang bermacam-macam. Kadang-kadang Beliau memilih do'a yang ini atau dzikir yang ini, kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memilih do'a yang itu atau dzikir yang itu.
Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala di dalam kitabnya beliau ini, beliau membawakan 12 macam dzikir dan do'a yang dahulu pernah dibaca oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di dalam sujudnya.
Ini termasuk keistimewaan dari kitab ini; Sifat Shalat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ini di antara keistimewaannya adalah mengumpulkan bacaan-bacaan di dalam rukun shalat. Dan beliau benar-benar berusaha untuk mengumpulkan sebanyak mungkin bacaan-bacaan yang menurut beliau riwayatnya sahih. Dan saya melihat kitab beliau ini punya keistimewaan dalam masalah ini. Bacaan-bacaan di setiap rukunnya sangat banyak.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
=====================================================================
☛ Pertemuan ke-110
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-105: Pembahasan Tentang Sujud 07 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 02
══════════════════
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud.
Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Di antara bacaan tersebut:
1) Yang pertama ❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ( ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ) ❳
Membaca [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] 3x
وَ ❲ كَانَ ــ أَحْيَانًا ــ يُكَرِّرُهَا أَكْثَرْ مِنْ ذَلِكَ ❳
Kadang-kadang Beliau mengulang-ulang bacaan [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] lebih dari tiga kali.
Dari mana tahu? Dari lamanya sujudnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Kadang-kadang Beliau sujudnya lama, kalau yang dibaca [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] tentunya lebih dari tiga kali.
Apalagi bagi ulama yang mengatakan, dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu tidak menggabungkan bacaan yang macam-macam. Tapi yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah membaca satu jenis bacaan dzikir, kemudian Beliau ulang-ulang. Kalau sujudnya lama, tentunya lebih dari tiga kali.
وَبَالَغَ فِيْ تِكْرَارِهَا مَرَّةً فِيْ صَلَاةِ الْلَيْلِ حَتَّى كَانَ سُجُوْدُهُ قَرِيْبًا مِنْ قِيَامِهِ ، وَكَانَ قَرَأَ فِيْهِ ثَلَاثَ سُوَرُ مِنَ الطِّوّالِ : { البَقَرَةْ } وَ { النِّسَّاء } وَ { آل عِمْرَان } ، يَتَخَلَّلُهَا دُعَاءٌ وَاسْتِغْفَارٌ ، كَمَا سَبَقَ فِي ❲ صَلَاةِ الْلَيْلِ ❳.
Bahkan kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat memanjangkan sujudnya sehingga itu berarti Beliau sangat banyak dalam mengulang-ulang [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] -nya. Sampai kadang-kadang sujudnya Beliau itu hampir sama dengan berdirinya. Padahal di dalam berdirinya, Beliau kadang-kadang membaca tiga surat yang sangat panjang yaitu surat Al-Baqarah, surat An-Nisa dan surat Ali-Imran.
Belum lagi di dalam membaca surat-surat tersebut ada tambahan do'a, ada tambahan istighfar. Ketika ayatnya tentang perintah untuk berdo'a, Beliau berdo'a; ayatnya tentang surga, Beliau meminta surga; ayatnya tentang neraka, Beliau berlindung dari neraka; tentang rahmat, Beliau minta rahmat, ada istighfarnya juga, sebagaimana telah lalu di shalat malam.
Di dalam pembahasan ini Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan, kadang-kadang sujudnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat panjang sekali seperti berdirinya, atau hampir seperti berdirinya, mendekati lamanya Beliau saat berdiri di dalam shalat.
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat, karena ada dua riwayat yang berbeda. Ada riwayat yang mengatakan, dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat, berdirinya Beliau, rukuknya Beliau, I'tidalnya Beliau, sujudnya Beliau, duduknya Beliau, itu hampir sama lamanya.
Dan beberapa ulama atau sebagian ulama memaknai hadits ini seperti yang tampak dalam kata-kata itu. Apa yang tampak dari kata-kata itu? Bahwa memang antara berdirinya, rukuknya, I'tidalnya, sujudnya, duduknya, hampir sama.
Sehingga kalau di dalam berdiri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa dan surat Ali-Imran, berarti rukuknya hampir sama dengan itu. Berarti sujudnya hampir sama dengan itu. Berarti duduknya hampir sama dengan itu. Ada sebagian ulama yang memahami demikian. Dan sebagian ulama tersebut mengatakan ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kadang-kadang saja.
Ada sebagian ulama yang lain dan ini yang jumhur -mayoritas ulama- mereka mengatakan di sana ada dua rukun; ada dua kelompok rukun. Kelompok rukun yang pertama adalah berdiri dan tasyahud. Berdiri maksudnya sebelum rukuk. Berdiri sebelum rukuk dan duduk ketika tasyahud. Ini kelompok rukun yang pertama.
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam biasanya lebih memanjangkan kelompok rukun yang pertama ini, berdiri dan duduk ketika tasyahud lebih lama daripada rukun yang lainnya.
Adapun kelompok rukun yang kedua, maka masuk di dalamnya rukuk, I'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud. Ini yang hampir sama lamanya berdasarkan hadits di dalam Shahih Bukhari. Yang di dalam hadits tersebut disebutkan:
( مَا خَلَلْ قِيَامِ وَالْقُعُوْدُ )
Rukun-rukun shalatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam lamanya hampir sama, kecuali berdirinya Beliau dan duduknya Beliau.
Para ulama ketika mensyarah kata-kata ini, mereka mengatakan, berdiri maksudnya adalah berdiri sebelum rukuknya; dan duduk di sini maksudnya adalah duduk tasyahud-nya. Sehingga menurut pendapat mayoritas ulama ini, kebiasaan shalat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak hampir sama seluruh rukunnya. Tapi yang hampir sama adalah rukun-rukun selain berdiri dan tasyahud. Itulah yang hampir sama. Adapun antara berdiri dengan rukuknya maka selaras, bukan sama.
Bagaimana maksudnya selaras?
Apabila Beliau berdirinya lama, maka rukuknya lebih lama daripada ketika Beliau berdirinya sebentar. Ketika Beliau berdirinya sebentar, maka rukuknya lebih sebentar lagi. Jadi selaras. Tidak jomplang; tidak berdiri sangat lama, kemudian rukuk sangat cepat, I'tidal sangat cepat, tidak seperti ini.
Tapi kalau Beliau berdirinya sangat lama, berarti rukuknya juga sangat lama. Tapi bukan berarti sama waktunya, ya selaras. Baru nanti antara rukuk dengan I'tidal, dengan sujud, dengan duduk di antara dua sujud, hampir sama waktunya. Kemudian nanti tasyahud, tasyahudnya lebih lama dari rukun sujud, rukun rukuk, I'tidal dan duduk di antara dua sujud.
Dan ana melihat pendapat ini lebih kuat karena adanya riwayat dari Imam Bukhari dalam kitab sahihnya. Dan ini yang lebih logis. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di shalat malamnya kebiasaan Beliau shalat berapa rakaat? Sebelas rakaat. Kalau misalnya, kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membaca surat Al-Baqarah, kemudian surat An-Nisa, kemudian surat Ali-Imran, 3 surat itu berapa juz? 5 juz lebih. Thayyib, 5 juz, 4 setengah halaman.
Kalau misalnya 5 juz - 4 setengah halaman ini kita katakan ini lamanya berdirinya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian rukuknya kita katakan hampir sama dengan itu, katakanlah 5 juz, berarti seperti lamanya orang yang membaca berapa juz? 10 Juz. Itu baru berdiri dengan rukuknya. Belum ketika I'tidal-nya. Nanti hampir sama dengan itu berarti 5 juz lagi, berarti berapa sudah? 15 juz. Nanti sujudnya - 20 juz, duduknya - 25 juz, sujudnya lagi - 30 juz.
Kalau kita pahami dengan pemahaman yang pertama tadi, yang dipilih oleh Syaikh Albani dan beliau mengatakan ini hanya kadang-kadang, seperti ini malah tidak logis ya, 30 juz dalam semalam dalam satu rakaat. Ini secara logis malah kurang, itu baru rakaat pertama, belum rakaat keduanya nanti bagaimana.
Makanya yang lebih kuat adalah pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa maksudnya "hampir sama" adalah rukun-rukun selain berdiri dan sujud. Dan memang kelihatan, kalau kita melihat hadits-hadits yang lain, memang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam biasanya lebih memanjangkan berdirinya. Makanya ada hadits yang mengatakan:
( أَفضَلُ الصَّلَاةِ طُوْلُ الْقُنُوْتِ )
Shalat yang paling utama adalah shalat yang berdirinya lama.
Ini berarti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat lebih memperhatikan lamanya berdiri daripada lamanya rukun-rukun yang lainnya. Maksudnya, Rasulullah lebih memperlama berdirinya, karena itulah yang paling afdal.
Ini menunjukkan, hadits ini menunjukkan bahwa berdiri lebih dipentingkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam daripada rukun-rukun yang lainnya. Dan ini menguatkan pemahaman jumhur ulama dalam masalah lamanya rukun-rukun di dalam shalatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Jadi rukun-rukun shalat ini terbagi menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama berdiri dan tasyahud. Ini biasanya lebih lama daripada rukun-rukun yang lainnya. Adapun selain itu yaitu rukuk, I'tidal, sujud dan duduknya, ini yang hampir sama.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
======================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar